Tenaga Elektromedis adalah profesi yang masih sangat asing bagi masyarakat. Oleh karena itu sudah pasti sebagian besar masyarakat juga masih belum tentu mengetahui institusi pendidikannya. Padahal profesi ini sudah diakui pemerentah melalui PP Nomor 32 tentang Tenaga Kesehatan. Pada Bab II pasal 2 tentang Jenis-jenis Tenaga Kesehatan, pada ayat 8 menyatakan: “Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis”.
Meskipun demikian jumlah tenaga elektromedis di Indonesia masih sangat minim, mungkin bisa dikatan masih sangat langka. Karena jumlahnya pertahun 2011 ini diperkirakan hanya 5000 an orang saja diseluruh Indonesia. Hal ini dikarenakan tidak didukung jumlah institusi pendidikan dan minat masyarakat yang rendah untuk menempuh pendidikan elektromedis. Dari data yang kami miliki di Indonesia hanya memiliki 10 Institusi Pendidikan Teknik Elektromedik setingkat D3 yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia, yaitu: 1. Banda Aceh 1 Institusi, 2. Medan 1 Institusi, 3. Padang 1 Institusi, 4. Jakarta 2 Institusi, 5. Semarang 2 Institusi, 6. Yogyakarta 1 Institusi, 7. Surabaya 2 Institusi, 8. Ujung Pandang 1 Institusi.
Dari sekian Institusi Pendidikan Elektromedik hanya 2 Institusi yang statusnya negeri yaitu di Jakarta dan Surabaya, yang lainnya swasta termasuk Akademi Teknik Elektro Medik (ATEM) Semarang. Sementara dari sepuluh Institusi Elektromedik di Indonesia hanya mampu meluluskan kurang lebih 300 orang tiap tahun. Sementara dari data IKATEMI (Ikatan Tenaga Teknik Elektro Medik Indonesia) tahun 2010, Indonesia masih membutuhkan sekurang-kurangnya 8000 tenaga elektromedis untuk Rumah Sakit dan Perusahaan alat kesehatan.
Adapun materi yang diberikan selama perkuliahan di ATEM Semarang berdasarkan kurikulum nasional yang intinya ada 4 (empat) materi teori dan praktek elektronika, radiologi, elektromedik dan alat laboratorium kesehatan. Untuk materi elektronika hampir ada ditiap semester dari mulai tingkat dasar hingga terapan. Sementara materi radiologi mempelajari teknologi alat x-ray (rontgen), mammography, ct-scan dll. Materi elektromedik mempelajari teknologi peralatan kesehatan lainnya seperti: ecg, patien monitor, diathermi, electro surgery, ventilator dll. Dan materi alat laboratorium kesehatan belajar teknologi alat mikroscope, centrifuge, photometer, hematology analyzer, blood gas analyzer dll. Jumlah total sks yang harus ditempuh adalah sekitar 115 sks.
Bagaimana prospek lulusannya?. Pertanyaan ini pasti dilontarkan oleh para calon mahasiswa dan mungkin orangtuanya yang ingin mendaftar ke perguruan tinggi. Untuk lulusan D3 Teknik Elektromedik sudah jelas dari data diatas peluang bekerjanya masih sangat tinggi karena di Indonesia masih kekurangan. Untuk bekerja di Rumah Sakit negeri maupun swasta masih terbuka lebar. Khusus Rumah Sakit negeri atau Instansi depkes rekrutmennya melalui CPNS yang tiap tahun diadakan. Apalagi beberapa tahun terakhir beberapa pemkab/ pemkot, pemprov dan pusat selalu membuka formasi untuk tenaga elektromedis yang akan ditempatkan di beberapa intansi seperti Rumah Sakit, Dinas Kesehatan, Puskesmas, Litbang dan Balai Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan (BPFK). Dari pengamatan IKATEMI ada beberapa formasi tenaga elektromedis untuk CPNS di daerah-daerah tertentu di Indonesia kebanyakan di luar Jawa tidak ada yang mendaftar. Dan ada beberapa yang mendaftar cuma satu orang tidak ada pendaftar lain sehingga tidak ada kesulitan bagi yang bersangkutan untuk diterima sebagai PNS. Bandingkan dengan formasi CPNS untuk tenaga kesehatan yang lain atau profesi lain yang mungkin satu formasi diperebutkan oleh ratusan orang bahkan ribuan orang.
Rumah Sakit swasta pun juga memerlukan tenaga elektromedis untuk pemeliharaan dan perbaikan ringan alat-alat kesehatan. Apalagi keberadaan tenaga elektromedis ini juga dinilai dalam borang akreditasi sebuah Rumah Sakit. Untuk lulusan ATEM Semarang sudah tersebar di RS Negeri di kota-kota seperti: Semarang, Kudus, Jepara, Pati, Rembang, Blora, Purwodadi, Kendal, Batang Pekalongan, Slawi, Salatiga, Solo, Jogjakarta, Banyumas dan daerah di luar Jawa seperti: Nias, Jambi, Pontianak, Kapuas, Banjarmasin, Makasar, Denpasar, Mataram, Ambon, Jayapura dan Timika.
Peluang bekerja di perusahaan swasta peralatan kesehatan pun juga sangat terbuka. Karena perusahan swasta membutuhkan tenaga teknisi atau bahkan pemasaran yang mengerti teknologi alat kesehatan. Bahkan sekarang sudah diterapkan aturan bagi perusahaan swasta yang ingin mengikuti lelang pengadaan alat-alat kesehatan di Rumah Sakit negeri khususnya maka perusahaan tersebut harus mempunyai tenaga elektromedis.
Tidak ada komentar: